Tuesday 5 April 2011

AIR MATA RASULULLAH...

    Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang
berseru mengucapkan salam.

    "Bolehkah saya masuk?" tanyanya. Tapi Fatimahtidak mengizinkannyamasuk,

    "Maafkanlah, ayahku sedang demam," kata Fatimahyang membalikkan badan dan menutup pintu.

    Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyatasudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah,
"Siapakah itu wahai anakku?"

    "Tak tahulah ayahku,orang sepertinya baru sekaliini aku melihatnya," tutur Fatimah lembut.

    Lalu, Rasulullah menatap puterinya itu dengan pandangan yang menggetarkan. Seolah-olah bahagian demi bahagian wajah anaknya itu hendak dikenang.

    "Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia.Dialah malaikatul maut," kata Rasulullah,

    Fatimah pun menahan ledakkan tangisnya. Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tidak ikut sama menyertainya.

    Kemudian dipanggilah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap di atas langit dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia ini.

    "Jibril, jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah?" Tanya Rasululllah dengan suara yang amat lemah.

    "Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu. Semua syurga terbuka lebar menanti kedatanganmu," kata Jibril.

    Tapi itu ternyata tidak membuatkan Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan.

    "Engkau tidak senang mendengar khabar ini?" Tanya
Jibril lagi. "Khabarkan kepadaku bagaimana nasib
umatku kelak?"

    "Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku: 'Kuharamkan syurga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya," kata Jibril.

    Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail ,melakukan tugas. Perlahan ruh Rasulullah ditarik. Nampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh,
urat-urat lehernya menegang. "Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini."

    Perlahan Rasulullah mengaduh. Fatimah terpejam, Ali yang di sampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril memalingkan muka.

    "Jijikkah kau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu Jibril?" Tanya Rasulullah pada Malaikat pengantar wahyu itu.

    "Siapakah yang sanggup, melihat kekasih Allah
direnggut ajal," kata Jibril.

    Sebentar kemudian terdengar Rasulullah mengaduh, arena sakit yang tidak tertahankan lagi. "Ya Allah, dahsyatnya maut ini, timpakan saja semua siksa maut
ini kepadaku, jangan pada umatku. "Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi.

    Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan
sesuatu, Ali segera mendekatkan telinganya. "Uushiikum
bis shalati, wa maa malakat

    aimanuku - peliharalah shalat dan peliharalah
orang-orang lemah di antaramu."

    Diluar pintu tangis mulai terdengar bersahutan,
sahabat saling berpelukan. Fatimah menutupkan tangan
di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke
bibir Rasulullah yang mulai kebiruan. "Ummatii,
ummatii, ummatiii?" - "Umatku, umatku, umatku"

    Dan, berakhirlah hidup manusia mulia yang memberi

sinaran itu. Kini, mampukah kita mencintai sepertinya?
Allahumma sholli 'ala Muhammad wa baarik wa salim
'alaihi Betapa cintanya Rasulullah kepada kita.

    NB:
    Kirimkan kepada sahabat-sahabat muslim lainnya
agar timbul kesadaran untuk mencintai Allah dan
RasulNya, seperti Allah dan Rasulnya mencintai kita.

    Karena sesungguhnya selain daripada itu hanyalah
fana belaka. Amin...


   
Usah gelisah apabila dibenci manusia
karena masih banyak yang menyayangimu
di dunia tapi gelisahlah apabila dibenci
Allah karena tiada lagi yang
mengasihmu diakhirat

No comments:

Post a Comment

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...